silakan menikmati

Blog ini saya gunakan untuk menyimpan tulisan-tulisan saya sendiri dan juga tulisan-tulisan lain yang inspiratif.
Jangan sungkan untuk berkomentar.

Tuesday, November 09, 2010

Menghormati Merapi, Menyapa Ombak di Mentawai

Menghormati Merapi, Menyapa Ombak di Mentawai
.by Siska Widyawati on Friday, November 5, 2010 at 5:03pm.

Seiring dengan berpulangnya salah seorang sahabat tercinta ke pangkuan Ilahi pagi ini karena operasi tumor di jantungnya, melalui layar TV saya menyaksikan berlaratnya duka di jogjakarta karena letusan Merapi yang cukup besar tadi malam. Begitupun Mentawai, banyak sekali pengungsi yang belum tersentuh bantuan.

Bencana, begitu kita menyebutnya, namun apakah sebenarnya yang terjadi?

sebagai Manusia yang ditempatkan Tuhan di bumi Indonesia yang berkah ini, laiknya kita sadar bahwa tanah yang begitu suburnya, air yang jernih di pedesaan, adalah berkah dari hadirnya Sang Gunung Api. Proses letusannya mengirimkan zat-zat yang menggemburkan tanah, dan membuat tanah sekelilingnya semakin bernas.

Begitu pun dengan ombak di lautan Mentawai yang merupakan bagian dari Samudra Hindia. Sebelum Tsunami terjadi, keindahan ombak di kawasan ini telah lebih dulu merebut hati para surfer internasional, sehingga sejak tahun 2007, Mentawai adalah pusat dari lomba surfing dunia.

Dibalik segala keindahan itu, baiknya kita juga memahami, bahwa sebagai mahluk Tuhan sebagaimana kita, samudra dan gunung pun mempunyai prosesnya sendiri. Untuk melahirkan kesuburan, mereka perlu bergolak dan memuntahkan isinya. Sebagaimana proses kelahiran seorang anak, yang memerlukan peluh, dan darah ibunya. Begitulah pula yang terjadi di Indonesia saat ini.

Bumi Pertiwi tidak mengamuk, dan tidak akan pernah. Begitupun Merapi, Begitupun Lautan di Mentawai, ataupun Lautan di Aceh. Mereka hanyalah Mahluk Tuhan yang patuh pada penciptaNya, berdzikir pada tiap gerakannya, dan bergerak sesuai dengan prosesnya.

Kita, seharusnya, sebagai manusia yang tinggal di bumi yang penuh berkah ini yang selalu waspada. Waktu SD dulu saya dikenalkan pada judul buku Arnold Toynbee "Challenge and respond", tidak pernah melihat bukunya, karena hanya disebut selewat di text book. Hukum ini yang membuat manusia di Eropa lebih kuat daripada Asia, karena mereka harus bertahan melewati empat musim, sedangkan kita didaerah tropis menikmati kekayaan alam yang tidak usah menyuruh kita bersusah payah.

Namun dibalik itu, kenyataan Indonesia sebagai yang terletak di belt of fire, tidak terelakkan. Seharusnya "challenge" itulah, yang dapat menstimulasi responds yang tepat dari kita penduduknya.

Bagaimana seharusnya tinggal di negeri yang dikeliling gunung api?

Bagaimana seharusnya tinggal di negeri yang terletak di pertemuan empat lempeng bumi sehingga kerap dilanda gempa?

Bagaimana seharusnya tinggal di negeri yang 70% wilayahnya adalah laut?

Semua harus kita jawab, dan harus kita siapkan. Sehingga kita bisa menerima kenyataan hidup di tanah yang menyimpan banyak misteri dan kekuatan ini, dan mempersiapkannya dengan baik.

Di Kompas, ada laporan satu desa di Mentawai, yang selamat dari terjangan Tsunami, karena penduduknya bekerjasama dengan baik. Ada yang jadi peronda, ada yang bertugas mengamati air laut, semua bergiliran, sehingga pada saat tsunami terjadi mereka mampu mempersiapkan diri.

Di Jogjakarta, setelah menerima pelajaran yang amat mahal dari perjuangan Mbah Maridjan dalam menjalankan tugas alamnya sebagai penjaga keseimbangan Merapi, orang mulai sadar, dan mulai berangsur mengungsi. Kerendahan hati bahwa kita tidak dapat melawan Kehendak Tuhan melalui pergerakan alam membuat orang mau bersiaga dan waspada.

Saat ini Merapi sedang berproses, insya allah, untuk masa depan Jogja dan Jawa yang lebih baik. Mentawai, juga begitu. Akhirnya akan baik untuk Indonesia, semuanya, Insya Allah.

Mari kita hormati Merapi, dan elus dengan hati ombak di Mentawai. Biarlah mereka melakukan tugasnya, dan kita sebagai manusia, sebagai Khalifah di bumi ini yang mau memikul tanggung jawab besar yang ditolak oleh gunung-gunung, juga melakukan tugas kita masing-masing.

Semoga kita, Merapi, Mentawai, dan entah apa lagi di depan nanti, dapat dimudahkan untuk melakukan tugasnya, pengabdiannya, yang terbaik di hadapan Dia, Sang Pencipta..

Ps: Alfatihah untuk semua korban dan pengungsi di Merapi, dan Mentawai . Semoga selalu sehat buat yang diperkenankan Gusti Allah untuk melanjutkan perjalanan di bumi ini, dan juga untuk yang sudah berpulang.. semoga dimudahkan perjalanannya ..Aamiiin... dan untuk sahabat tercintaku Yessi Yulianti, hatiku mengiringi kepergianmu yes.. aku baru bisa ke bandung besok, Insya Allah.

No comments: