silakan menikmati

Blog ini saya gunakan untuk menyimpan tulisan-tulisan saya sendiri dan juga tulisan-tulisan lain yang inspiratif.
Jangan sungkan untuk berkomentar.

Sunday, May 15, 2011

Ibnu 'Arabi: Wasiat seorang bijak kepada anak-anaknya menjelang kematiannya

Seorang bijak berwasiat kepada anak-anaknya menjelang wafatnya. Mereka adalah satu jama’ah. Ia berkata kepada anak-anaknya, “Bawakan kepadaku beberapa buah tongkat!” Ia kemudian menghimpun tongkat-tongkat itu dan berkata kepada mereka, “Patahkanlah!” Mereka tak mampu mematahkannya. Kemudian ia memisahkannya dan berkata kepada mereka, “Ambil satu persatu dan patahkan!” Merekapun sanggup mematahkannya. Ia pun berkata, “Begitulah keadaan kamu sekalian sepeninggalku. Kamu tidak akan mudah dikuasai dan dikalahkan selama kamu bersatu. Akan tetapi, jika kamu bercerai-berai, maka musuhmu akan mampu membinasakanmu.” Demikianlah hukum-hukum agama itu. Jika mereka bersatu menegakkan agama dan tidak bercerai-berai, maka musuh tidak akan mampu menguasai dan mengalahkan mereka. Seperti itu pulalah keadaan manusia dalam dirinya sendiri. Jika ia bersatu untuk menegakkan agama ALLAH, maka dengan pertolongan iman, setan dari golongan jin dan manusia tidak akan dapat menguasainya dan mengalahkannya melalui bisikannya. Para malaikatpun akan mengelilingi dan menolongnya.

Saturday, March 05, 2011

Sirr Al Asrar: Kaitan antara Ruh, Jiwa dan Misi Hidup.

Bismillah Ar-Rahman Ar-Rahiim

Dalam Kitab Sir Al Asrar bab dua, Syaikh Abdul Qadir Jailani menjelaskan kaitan antara Ruh, Jiwa dan Misi Hidup.

Syaikh Abdul Qadir Jailani menulis bahwa yg pertama yg diciptakan adalah Ruh dari sisi Allah Ta'ala. Lalu Ruh itu nanti "diturunkan" ke jiwa, lalu akhirnya "diturunkan" ke jasad. Gabungan antara Ruh, Jiwa dan Jasad dalam Al Quran disebut sebagai "Insan". Proses penciptaan dan penurunan ini, yg menurut Syaikh Abdul Qadir Jailani dipahami dr maksud ayat:

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan INSAN dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami turunkan ia ke tempat yang serendah-rendahnya (asfala safilin)" [QS 94:4-5]

Pemahaman ini nanti juga erat kaitannya dengan kaidah Martabat Tujuh yg terkenal di penerus mahzab Ibn Arabi --salah satunya adalah Al Jilli penulis kitab Insan Kamil, Al Jilli sendiri adalah pengikut thariqah Qadariyah yg dipelopori Syaikh Abdul Qadir Jailani sendiri

Awalnya Ruh diturunkan melewati alam Nur atau Haqiqah Muhammadiyah yg didalamnya terkumpulnya Asmaul Husna, atau yg biasanya disebut Martabat Wahdaniyah dalam Martabat Tujuh. Setelah Martabat Wahdaniyah, "turun" kebawah ada martabat Wahidah dalam konsep Martabat tujuh, dimana di dalamnya ada Alam Nafs Al Kull (Jiwa Keseluruhan, atau Nafs Wahidah yg tertulis dalm QS 4:1) dan juga Alam 'Aql Al Kull ('Aql Awwal Keseluruhan) yg berada bersamaan dengan Alam Nafs Al Kull tsb.

Lalu Ruh turun melewati alam malakut, disitu --menurut Syaikh Abdul Qadir Jailani-- Ruh di berikan "pakaian-pakaian" atau perangkat-perangkatnya yg terbuat dari Nur (cahaya ilahiyah), jadilah nafs (jiwa), yg di dalamnya ada Ruh. Disinilah Ruh kemudian menjadi Nafs (Jiwa) Sulthan, dan kemudian Jiwa Aktif untuk dihidupan (oleh Ruh) ke dalam alam jasad berikutnya

Kemudian jiwa --beserta Ar Ruh di dalamnya-- dimasukkan ke dalam jasad di alam mulk (alam korporeal, alam materi). Syaikh Abdul Qadir Jailani menuliskan bahwa jasad adalah rumah bagi jiwa, seperti sarung keris bagi kerisnya. Beliau jg melanjutkan bahwa setiap jiwa punya nama panggilan yg berbeda-beda, alias ada yg disebut sebagai "nama-jiwa".

Syaikh Abdul Qadir Jailani jg menuliskan, di dalam Ruh asalnya sudah terdapat benih, yg harus ditumbuhkan menjadi pohon takwa, atau "syajaratun thayyibah" dalam Al Qur'an. Di dalam benih tentu ada bakal akar, bakal pohon, bakal bakal daun dan bakal buah yg semuanya menyatu di dalam benih, oleh karena itu Syaikh Abdul Qadir Jailani menamakan benih ini sebagai benih tauhid (tauhid juga berarti menyepadu). Benih ini harus ditumbuhkan menjadi "syajaratun thayybah" dalam perjalanan suluk: ada akarnya, ada batangnya, ada daunnya, dan tentu ada buahnya.

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya" [QS 14:24-25]

Syaikh Abdul Qadir Jailani jg menuliskan bahwa tempat ruh didalam jiwa ini terletak di dalam inti Qalb. Disanalah Allah menciptakan sebuah ruang yg dalam QS 24:35 disebut sebagai Zaujajah, Imam Hakim Tirmidzi mengatakan bahwa yg dimaksud Zaujajah ini adalah bola kaca Qalb yg bening. Di dalam ruang Zaujajah inilah, Syaikh Abdul Qadir Jailani menuliskan akan adanya Sirr (arti literalnya: rahasia) yg didalamnya terdapat Ruh, yang menjadi poros hubungan langsung antara Allah dan hamba-Nya, aktifnya Ruh di dalam Sirr-nya Qalb ini yg dalam Quran nanti disebut Ruh Al Quds.

“…mereka itulah yang telah dituliskan (kataba) dalam Qalbnya Al Iman dan mereka dikuatkan dengan Ruh dari Sisi-Nya (Ruhul Quds)." [QS 58 : 22]

Lebih lanjut Syaikh Abdul Qadir AL Jailani menyebutkan bahwa Ruh dalam Sirr-nya Qalb ini nanti akan menyampaikan tugas dan urusan yg berbeda-beda antar tiap orang. Setiap orang harus mengetahui tugas dan tujuan penciptaannya di alam ini. Inilah yg dimaksud sebagai "misi hidup" khusus dan unik tiap orang. Dalam menjalankan amal-amal shalih yg tertuang dalam "misi hidup" ini, Syaikh Abdul Qadir Jailani mengumpamakannya seperti berjual beli yg tiada merugi dengan Allah Ta'ala (QS 35:29). Dimana mengenai ketetapan amal-amal shalih dalam "misi hidup" itu, Syaikh Abdul Qadir Jailani mengutip ayat:

"Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya seperti (tetapnya) kalung pada lehernya." (QS 17:31).

by Rezha Rochadi on Monday, June 7, 2010 at 6:08pm

Diatas disinggung2 soal martabat 7, berikut urutan martabat 7 tsb:

1. Ahadiyah (Alamnya Dzat Allah Ta'ala yg Ghaibul Ghaib Mutlaq)

2. Wahdaniyah (Nur Muhammadiyah, istilah Wahdatul Wujud diambil dr kata "Wahdah" ini, di dalamnya termanifestasi sempura/tajalli asma-asma Allah atau asmaul Husna. Dari Nur Muhammadiyah inilah embrio seluruh alam semesta --baik lahir maupun bathin-- tercipta.)

3. Wahidiyah (diambil dr istilah Nafs Wahidah yg tertulis dalam QS 4:1, para sufi menyebutnya sebagai Nafs Al Kull atau Jiwa Univesal, setiap nafs manusia diambil 'sebagian' dari bagian tertentu dari Nafs Al Kull ini)

Dari Martabat 1-3 sifatnya Qadim

4. Alam Jabarut (Alam ar-Ruh Insan)

5. Alam Malakut (Alamnya nafs Insan)

6. Alam Mulk (Alam Jasadnya Insan)

Dari Martabat 4-6 sifatnya muhdats (terbarukan atau terciptakan dalam waktu)

Gabungan 4-6 yg sempurna dalam diri manusia menghasilkan martabat selanjutnya:

7. Insan Kamil (Yang secara totalitas sudah sempurna ketaatan ubudiyah Jasadnya atas Syariat Lahir di Alam Mulk, sempurna Nafsnya di ALam Malakut, dan sudah terbimbing sempurna secara langsung oleh Ruh Al Quds dari Alam Jabarut. Insan Kamil inilah yg disebut Khalifah fil Ardh sejatinya)

‎[TAMBAHAN] Proses kosmologi penciptaan alam semesta menurut Hadist Rasulullah yg diberikan ke Imam Ali ra.

Dzat ALlah menciptakan Nur-Nya sendiri. Dari Nur-Nya sendiri ini diciptakan Nur Muhammadiyah.

Dari Nur Muhammadiyah di ciptakan 4 bagian :

1. Qalam
2. Lauhul Mahfudz
3. Arsy
4. Dari bagian se-perempat terakhir ini diciptakan lagi 4 sub-bagian

4.1. Malaikat2 Pemikul Arsy
4.2. Kursy (yang menyangga Arsy)
4.3 Seluruh malaikat2 lain
4.4 Dari bagian se-perempat terakhir ini diciptakan lagi 4 sub-bagian:

4.4.1. Langit (sebanyak tujuh lapis)
4.4.2. Al-Ardh (bumi-bumi)
4.4.3 Jin dan api
4.4.4. Dari bagian se-perempat terakhir ini diciptakan lagi 4 sub-bagian:

4.4.4.1. Seluruh nur Iman untuk para Mu'minin
4.4.4.2. Nur Ilmu di dalam Qalb
4.4.4.3. Nur Shiddiqien (RQ?)
4.4.4.4 Cahaya2 lain di alam dunia.

Bisa dilihat ada 4 level turunan yg setiap level terpecah menjadi 4 bagian.

Wednesday, February 16, 2011

3 Tempat Berbohong

Telah menceritakan kepada kami [Ar Rabi' bin Sulaiman Al Jizi] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abul Aswad] dari [nafi'] -maksudnya Nafi' bin Yazid- dari [Ibnul Hadi] bahwa [Abdul Wahhab bin Abu Bakr] menceritakan kepadanya, dari [Ibnu Syihab] dari [Humaid bin 'Abdurrahman] dari ibunya [Ummu Kultsum binti Uqbah] ia berkata, "Aku tidak pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi keringanan untuk berbohong kecuali pada tiga tempat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: "Aku tidak menganggapnya sebagai seorang pembohong; seorang laki-laki yang memperbaiki hubungan antara manusia. Ia mengatakan suatu perkataan (bohong), namun ia tidak bermaksud dengan perkataan itu kecuali untuk mendamaikan. Seorang laki-laki yang berbohong dalam peperangan. Dan seorang laki-laki yang berbohong kepada isteri atau isteri yang berbohong kepada suami (untuk kebaikan)." (Hadits Sunan Abu Daud)