silakan menikmati

Blog ini saya gunakan untuk menyimpan tulisan-tulisan saya sendiri dan juga tulisan-tulisan lain yang inspiratif.
Jangan sungkan untuk berkomentar.

Thursday, July 22, 2010

Hikayat tentang tiga orang gadis bersaudara

“Ketika saya menulis sesuatu yang mungkin mengandung sebuah nasehat, maka hal itu bukanlah bermaksud untuk menggurui apalagi untuk menghujat serta mencela sesuatu, melainkan hal itu bertujuan untuk mengingatkan diriku sendiri dan keluargaku serta sesama saudarayang seiman dan seagama”

Hikayat ini telah banyak di ceritakan dan diriwayatkan oleh para ulama dan orang-orang shaleh, seperti oleh Abu Muhammad alias Abdul Haq dalam bukunya Al-Aqibat dan Uyun al-Akbar. Hikayat ini sendiri saya tuliskan kembali dari buku Rahasia Kematian, Alam Akhirat dan Kiamat karya Imam Al-Qurthubi yang diterjemahkan oleh Abdur Rosyad Shiddiq.

Diriwayatkan oleh al-Haris bin Nabhan,

“suatu hari aku menuju ke sebuah pemakaman, setelah mendoakan mereka, aku duduk termenung dan memikirkan para penghuni kubur yang ada di sekitarku, aku melihat mereka semua juga diam tak berbicara. Mereka bertetangga, tapi satu sama lain tidak saling mengunjungi. Mereka tinggal di perut bumi.

Aku berseru, ‘Hai para penghuni kubur! Jejak peninggala kalian di dunia sudah hilang. Tetapi, dosa-dosa kalian masih ada. Kalian tinggal di Negara bencana yang membuat kaki-kaki kalian bengkak.’ Setelah menangis aku lalu menuju ke sebuah cungkung di sanaa, dan aku pun tertidur dibawahnya.

Saat tidur itulah aku bermimpi melihat seorang penghuni kubur yang sedang dipukul dengan menggunakan sebuah godam. Aku melihat ia dirantai di lehernya, sepasang matanya berwarna biru, dan wajahnya hitam. Ia berkata, ‘celaka aku, kenapa ini harus terjadi padaku?
Seandainya orang-orang yang masih hidup di dunia melihat apa yang aku alami ini, tentu mereka tidak mau melakukan maksiat kepada ALLAH. Aku di tuntut untuk mempertanggung jawabkan kenikmatan yang pernah aku salah gunakan. Kalau saja ada yang mau menolongku, atau mengabarkan keadaanku ini kepada keluargaku, tentu aku akan senang sekali.’

Aku bangun terperanjat. Hampir saja jantungku copot karena ketakutan atas mimpi itu. Lalu aku pulang kerumah. Malamnya aku tidak bisa tidur, karena terus menerus memikirkan mimpi itu. Esoknya aku kembali ke tempat tersebut. Aku berharap mudah-mudahan disana aku bertemu dengan seorang peziarah yang mau mendengarkan pengalaman mimpiku itu.
Sampai di tempat itu, ternyata keadaan sepi. Tidak ada siapa-siapa.
Aku tertidur dan bermimpi melihat orang itu lagi di seret dengan muka di tanah dan berkata, ‘aduh celaka aku! Apa yang sedang menimpaku ini?
Usiaku cukup panjang, tetapi buruk benar amal perbuatanku sewaktu di dunia, sehingga membuat murka ALLAH. Sungguh malang nasibku jika Dia tidak berkenan mengasihaniku.’

Aku terbangun. Pikiranku hamper hilang oleh mimpi itu. Aku bingung.
Aku lalu pulang. Setelah tidur semalam, esoknya aku kembali ketempat yang sama dan berharap yang sama seperti kemarin. Tetapi, lagi-lagi aku tidak mendapati siapa-siapa. Kembali aku tertidur dan bermimpi melihat orang itu tengah merangkak sambil berkata, ‘Orang-orang yang masih hidup di dunia benar-benar telah melupakan aku. Mereka tidak ada yang mau tahu kepadaku yang sedang diazab sepedih ini oleh tuhan yang murka kepadaku. Sungguh celaka nasibku jika Dia Yang Maha Pengasih tidak berkenan menolongku.’

Kembali aku terbangun dengan ketakutan. Aku sudah ingin pulang, namun tiba-tiba muncul tiga orang anak gadis. Aku segera menjauh dan bersembunyi, supaya mendengar apa yang akan mereka katakana. Gadis yang paling kecil maju menghampiri kubur itu. Ia berkata, ‘Assalamu’alaika, Ayah. Bagaimana tidur Ayah di situ? Bagaimana keadaan Ayah? Sepeninggalan Ayah, hidup kami sengsara dan menderita.’
Setelah itu lalu ia menangis meraung-raung. Giliran kedua kakanya yang maju. Setelah mengucapkan salam, mereka berkata, ‘Ini adalah kubur ayah yang sangat sayang kepada kami. Kami berdo’a semoga Allah berkenan mengasihi Ayah dan menghentikan azab-Nya, wahai ayah. Sungguh malang nasib kami. Kalau saja Ayah melihatnya, Ayah pasti merasa sedih. Kami diperlakukan oleh banyak kaum laki-laki yang kurang ajar, tanpa ada yang mau melindungi kami.’

Aku ikut menangis mendengar keluhan mereka itu. Maka, segera aku hampiri mereka. Setelah mengucapkan salam aku berkata kepada mereka, ‘Wahai anak-anak gadis, amal itu terkadang diterima dan terkadang di kembalikan kepada yang bersangkutan. Seperti apa amal bapak kalian yang sudah mati, sejauh yang aku dengar tidak membuatku sedih bahkan membuatku merasa ngeri.’

Mendengar omonganku itu serta merta mereka membuka wajah mereka
‘Hai orang shaleh, apa maksudmu?’ Tanya mereka

‘Selama tiga hari berturut-turut belakangan ini, aku berada di tempat ini dan mendengar suara godam serta rantai yang mengerikan.’ Jawabku.

‘Kami tahu ayah kami dibakar di neraka. Itulah yang membuat kami gusar dan hidup serba tidak tenang. Tetapi, kami akan terus memohon kepada Allah mudah-mudahan Dia berkenan membebaskan ayah kami dari neraka.’
Kata mereka yang langsung pergi begitu saja.

Aku pun pulang. Setelah aku tidur semalam dirumah, esoknya aku kembali ke kuburan itu. Aku duduk sendiri lalu aku tertidur. AKu bermimpi melihat penghuni kubur itu berwajah sangat tampan dan memakai alas kaki dari emas. Ia diapit seorang gadis dan seorang pemuda.

Aku menghampirinya seraya mengucapkan salam.

‘Semoga Allah merahmatimu. Siapa kamu sebenarnya?’ tanyaku

‘Aku adalah ayah gadis-gadis itu. Sejak kemaren aku tahu apa yang kamu lakukan di tempat ini. Aku bisa memahami kesedihanmu. Karena itu, semoga Allah memberimu balasan kebajikan,’ jawabnya.

‘Lalu apa yang terjadi dengamnu?’ tanyaku

‘Setelah kamu kabarkan keadaanku kepada putrid-putriku itu, mereka bertambah sedih. Dan seperti yang dijanjikan, mereka lalu rajin mengiba-iba memohon kepada Allah dengan khusyu dan khidmat serta terus-menerus menangis tanpa henti. AKhirnya, ALLAH berkenan mengampuni dosa-dosaku dan membebaskan aku dari neraka. Bahkan, aku ditempatkan di surge berdampingan dengan Muhammad sang nabi pilihan.
Kalau saja aku melihat putrid-putriku, akan aku kabarkan kepada mereka keadaanku sekarang yang sudah berada di surge yang penuh nikmat. Ini semua adalah berkat pengampunan Allah kepadaku.’ Jawabnya.

Aku terbangun dengan perasaan gembira. Aku segera pulang. Setelah semalaman tidur dirumah, kembali aku ke kuburan itu. Dari jauh aku melihat gadis-gadis itu dengan telanjang kaki sudah berada disana. Aku menghampiri mereka. Setelah mengucapkan salam, aku katakana kepada mereka berita tantang keadaan ayah mereka yang sudah berada di surge.

‘Rupanya Allah mendengar do’a kalian. Karena itu, bersyukurlah kepada-Nya atas nikmat yang telah Dia berikan kepada kalian,’ kataku.

Mendengar itu, gadis yang paling kecil serta merta berdo’a, ‘Ya Allah, Tuhan yang menghibur menghibur hati, tuhan yang maha menutupi aib, tuhan yang maha menyingkap kesedihan, tuhan yang maha mengampuni dosa, tuhan yang mengetahui sesuatu yang gaib, tuhan yang mengabulkan harapan yang diminta, engkau tau permohnanku, keinginanku, dan alas an aku menyendiri dengan-Mu. Ya Allah, engkau tahu kebingunganku, engkau melihat niat tulusku, engkau mengerti tobatku, engakulah yang menguasai leherku, engkaulah yang memegang ubun-ubunku, engkaulah harapanku dikala sedang susah, engkaulah yang membimbingku, engkaulah yang menuntunku, dan engkaulah yang mengabulkan do’aku. Jika aku lalai dari perintah-Mu dan melanggar larangan-Mu, Engkau maafkan aku dan Engkau tutupi aibku, Aku ingin selalu menyebut nama-Mu. Dan akupun ingin senantiasa mensyukuri nikmat-nikmat-Mu, tetapi tidak kuasa karena begitu banyaknya. Engkaulah Tuhan Yang Maha Mulia, tempat memohon terakhir. Engkaulah yang merajai hari pembalasan. Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang tersimpan di hati, mengatur seluruh mahluk. Jika engkau mengabulkan hajat itu adalah semata berkat kebaikan-Mu, Engkau telah penuhi permohonanku menolong hamba-Mu.
Rengkuhlah aku kepada-Mu. Dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.’
Selesai membaca do’a yang cukup panjang tersebut ia menjerit keras lau meninggal dunia.

No comments: